Sejarah Desa

Sejarah Desa Selokarto: Legenda yang terdengar dari cerita rakyat mengisahkan tentang suatu tempat yang subur, ditumbuhi pohon-pohon besar dan semak belukar yang lebat. Di tempat inilah, hiduplah sekelompok masyarakat petani dengan kehidupan yang primitif. Desa ini awalnya disebut Selokerto yang memiliki arti "Selo" (Batu) "Kerto" (Makmur), dan diyakini telah ada sejak masa kerajaan Mataram Islam. Nama ini menyiratkan makna desa yang kaya akan batu. Seiring berjalannya waktu, desa ini berubah menjadi Selokarto, nama yang digunakan hingga saat ini.

Sebelumnya, Desa Selokarto merupakan salah satu desa yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Blado. Namun, pada tahun 2007, desa ini digabungkan dengan sepuluh desa lainnya dan menjadi bagian dari Kecamatan baru, yaitu Kecamatan Pecalungan.

Mbah Wiro Ireng dan Mbah Tabri adalah sosok Kepala Desa Selokarto yang disebut dalam cerita warga. Meskipun tahun pasti jabatan mereka tidak diketahui, ada cerita bahwa keduanya memimpin desa secara bersamaan karena Desa Selokarto dulunya terdiri dari dua desa: Selokarto Barat yang dipimpin oleh Mbah Wiro Ireng, dan Selokarto Timur yang dipimpin oleh Mbah Tabri. Selanjutnya, Mbah Wasmunawi dari Dukuh Sideleg Lor menyatukan kedua wilayah tersebut menjadi satu desa. Beliau menjadi Kepala Desa periode pertama setelah penyatuan wilayah itu hingga sekitar tahun 1920an.

Kemudian, kepemimpinan Desa Selokarto beralih kepada Mbah Sudarmadji, seorang Kepala Desa Karismatik yang tinggal di Dukuh Wadas. Beliau menjabat selama dua masa jabatan hingga tahun 70an, dan kemudian putranya, Bapak Imam Soejarwo, yang saat itu baru berusia 18 tahun, menjadi Kepala Desa termuda di Kabupaten Batang. Beliau memimpin selama dua periode masa jabatan, di mana Desa Selokarto mengalami perkembangan yang pesat. Bahkan, desa ini berhasil meraih peringkat Juara Pertama Tingkat Provinsi dalam Lomba TP PKK Jawa Tengah.

Kepemimpinan selanjutnya dipegang oleh Bapak Dasari, yang merupakan buyut dari Mbah Wasmunawi. Beliau menjabat dari tahun 1998 hingga 2007. Setelahnya, Bapak K. Slamet memimpin dari tahun 2007 hingga 2013. Posisi kepala desa kemudian kembali dipegang oleh Bapak Dasari mulai tahun 2013 hingga 2019, dan sejak 2019 hingga saat ini kepala desa adalah Eko Wibowo, S.E.

Desa Selokarto memiliki keanekaragaman kehidupan dalam bidang politik, sosial, dan budaya. Mayoritas penduduk Desa Selokarto beragama Islam dan menjalankan ajaran agama dengan taat, menciptakan suasana kehidupan yang damai dan harmonis, sejalan dengan prinsip bahwa agama Islam membawa rahmat dan kasih sayang bagi seluruh alam.

Kami mengundang kritik dan saran dari pembaca untuk terus meningkatkan dan memperbaiki tulisan ini agar semakin baik dan menarik.